Risalah Materi Taklim di Masjid Al-Anshor
tanggal 27 Oktober 2019
Narasumber :
Ustadz Darlis Fajar
Kontributor :
Ir. Djuanda (Q2/56)
Bagaimana posisi kita di hadapan Allah SWT?. Merupakan
pertanyaan yang mengharuskan kita
melakukan introspeksi diri secara menyeluruh, diawali dengan bagaimana diri kita mengenal Allah.
Diibaratkan jika kita sorang prajurit yang
hendak berangkat perang, dimana kita diposisikan oleh komandannya, sangat
tergantung bagaimana sorang prajurit tersebut menunjukan kompetensi
/kecakapannya dalam kehidupan keprajuritannya.
Agar lebih mengenal Allah, kita harus menunjukan perilaku terbaik kita melalui ibadah kepada-Nya, hal ini sejalan dengan
tujuan dari penciptaan manusia, yakni untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah
merupakan kunci bagi manusia menjadi manusia yang bertakwa, dimana selanjutnya setelah
menjadi yang bertakwa diharapkan menjadi mahluk yang mulia di hadapan Allah.
Sesuai Quran Surat
49 (Al Hujuraat) Ayat 13 :
….. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Juga dalam Al-Quran Surat 2 (Al-Baqarah) Ayat 21
:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah
menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.
Bertakwa merupakan kunci untuk mendapatkan
janji Allah, yakni mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat kelak. Sayangnya, manusia
yang tidak konsisten dalam menjalankan ketakwaan ini.
Seperti tertuang
dalam Al- Quran Surat 39 (Azzumar) Ayat 49
:
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru
Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata:
"Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku".
Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.
Ada beberapa cara
memelihara ketakwaan tersebut, antara lain
(1) Berdzikir
Berdzikir
menjadis ebuah keharusan agar kita menjadi manusia yang benar-benar terpelihara
dari siksa Allah, seperti diterangkan dalam Quran Surat 2 (Al-Imran) Ayat 191 :
(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(2) Berinteraksi
dengan Alquran
Tujuan membaca Al-Qur’an bukan hanya sekedar
membaca serta mengkhatamakannya. Maksud dan tujuan utamanya adalah untuk
mengambil manfaat dari Al-Qur’an dan mengamalkannya.
Paling afdol dalam membaca (qiraah) Alquran
adalah pada waktu pelaksanaan shalat.
(3) Ketaatan
Ketaatan hanya akan terlaksana apabila manusia
memiliki keimanan. Tugas manusia adalah taat. Taat pada apa yang Maha Cinta
inginkan dengan segala kemahatahuan-Nya. Biarkan syukur dan sabar memperindah
ketaatan kita. Taat berarti sami'na wa tho'na.
Sesuai Alquran Surat 2 (Al-Baqarah) Ayat 285 :
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
(4) Berdoa
Allah sangat
menyukai hamba-hambanya yang suka memohon, berdoa dengan segala kerendahannya.
Para hamba yang berdoa dengan hati yang bersih. Ketaatan sangat
erat hubungannnya dengan berdoa. Doa yang dapat dikabulkan adalah doa daro
orang-orang yang taat. Orang taat tidak mengedepankan hawa nafsunya sebagai pedoman
hidup.
Sesuai Alquran Surat 45 (Al-Jaatsiyah) Ayat 23
:
Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(5) Tidak Menjadi Orang Munafik
Menjadi manusia yang akan disayangi oleh
Allah, adalah tidak menjadi manusia yang munafik. Orang munafik adalah orang yang
berupaya menipu Allah. Allah sangat murka terhadap orang yang masuk dalam
kelompok munafik.
Sesuai Alquran Surat 4 (An-Nisa) Ayat 145 :
Sesungguhnya orang-orang munafik itu
(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu
sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
Ciri-ciri orang munafik :
- Khianat
- Sering berbohong/berdusta
- Menyombongkan diri
- Sering berbuat dzholim
- Banyak bermaksiat
Editor : Tavip Abu Hirzi /Sekretariat DKM
Tks pak Djuanda, mengngingatkan kpd para pembacanya agar senantiasa taat kepd Allah Swt
BalasHapusMengamalkan ajaranNya
Melaksanakan perintahNya
Menjauhi laranganNya