Sabtu, 19 Oktober 2019
Penulis : Dana Sukmana (08128024994)
Seperti biasa di Masjid Al-Anshor Margahayu Raya Barat RW 10 Sekejati-Bandung, ba’da subuh diselenggarakan Majelis Ilmu. Pada kesempatan
ini yang menjadi topik bahasannya adalah HARTA ANAK ADAM (مال ابن ادم )
dengan Narasumber Ustadz Asep Supian Nurdin. Ratusan jamaah hadir mengikuti majelis
ini. Program ini memang salah satu kegiatan unggulan, program membahas tentang hadist. Untuk memberikan layanan kepada para jamaah, memang DKM selalu menyediakan topik bahasan yang tematik dan terstruktur, agar jamaah dapat lebih
memahaminya secara lengkap dan menyenangkan.
Kajian diawali dengan sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Muslim terdapat dalam Kitab Shaih Muslim, II : 693, No.3
(2958) dan Kitab Riyadh Ash-Shalihien:215 No. 27/483)
Dari Abdullah bin As-Sikhkhir r.a, ia
berkata:
"Saya datang kepada Rasulallah, beliau sedang membaca ALHAAKUMUT TAKAATSUR (yang
artinya) Kalian semuanya dilalaikan oleh perlombaan memperbanyak kekayaan, lalu
beliau bersabda "Anak Adam itu berkata :"hartaku,hartaku! Padahal
kamu tidak memiliki hartamu, wahai anak Adam, melainkan apa-apa yang engkau
makan lalu engkau habiskan, apa-apa yang engkau pakai, lalu engkau
melusuhkannya atau apa-apa yang engkau sedekahkan lalu engkau tetapkannya"
Dari pernyataan hadist di atas jelas
dinyatakan, Apa sebenarnya yang menjadi harta Anak Adam?
Yang menjadi harta Anak Adam adalah segala
sesuatu yang dimakan lalu dihabiskan, segala sesuatu yang dipakai lalu menjadi
lusuh, dan segala sesuatu disedekahkan dan itu akan menjadi pahala yang
berkelanjutan.
Terkait dengan Harta Anak Adam ini, Allah berfirman dalam QS.102
(At-Takātsur) Ayat 1-8, yang artinya : Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu
mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim, sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. kemudian
kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di
dunia itu).
Manusia memang
memiliki kodrat untuk senantiasa
berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta dan ingin selalu hartanya itu lebih orang lain, padahal kekayaan yang diluar harta itu
hanya merupakan perhiasan untuk membanggakan diri dalam kehidupan dunia yang
sementara. Kecintaan terhadap dunia akan selalu muncul dalam kehidupan manusia
sebelum kematiannya datang.
Bahkan manusia sering
terbuai oleh harta dunia, sampai-sampai menjadi lalai dalam menjalankan ibadah,
berani meninggalkan ibadah hanya untuk mengutamakan mengejar harta dunia. Terus
mengejar harta dunia sampai akhir hayatnya (kematian menjemputnya). Banyak
Manusia lebih mencintai kesenangan dunia padahal nikmat dunia cepat habisnya,
cepat rusak dan cepat hilang kenikmatannya. Maka rugilah manusia yg demikian.
Mengapa demikian? Karena kesenangan dunia itu
terlihat, sementara kebahagiaan akhirat itu ghaib. inilah salah satu ujian
manusia.
Diibaratkan mengejar kesenangan dunia,
seperti kita mengejar bayangan diri kita sendiri, dikejar dia kan terus
berlari, jia didiamkan syetan akan memberikan bisikan untuk mengejar lagi. Banyak
contoh konkrit yang terjadi, jika Anak
Adam sudah memiliki satu harta, selanjutnya ingin dua harta, setelah ingin tiga
harta, begitu seterusnya sampai akhirnya kita tak mampu lagi (wafat), dan menjadi orang yang merugi.
Kecintaan terhadap perhiasan dunia juga tidak memandang usia Anak Adam, semakin
bertambah usia kadangkala tidak berkurang harapannya.
Sesungguhnya
harta kita itu ialah apa yang dimanfaatkannya di dunia, dengan memakannya, dengan memakainya, atau yang disedekahkannya itulah
harta yg sebenarnya. Dan harta itu akan menjadi simpanan baginya disisi Allah. Harta
selain itu akan ditinggalkannya, ketia Anak Adam meninggal dunia (wafat)
Kita harus merubah
pola pikir, saatnya belanja untuk kepentingan akherat harus lebih besar
dibandingkan untuk belanja kepentingan dunia. Jangan berpikiran untuk harta
yang disedekahkan itu dianggap membuang, saatnya harus meyakini bahwa harta yang
disedekahkan itulah harta kita yang sebenarnya yang menjadi simpanan, harta yang akan dibawa kita ke akherat kelak.
Seperti hadist Rasulallah yang diriwayatkan
oleh Aisyah : Bahwa ia berkata : Kami menyembelih 1(satu) kambing, lalu kami
mensedekahkannya, kemudian aku berkata, ya Rasulullah, tidak ada yang tersisa dari
padanya melainkan bahunya. Beliau besabda : 'seluruhnya telah tersisa selain
bahunya. (Faidh Al Qadiir, II : 13)
Jadi kesimpulannya :
- Harta Anak Adam yang sesungguhnya adalah harta yang diberikan untuk orang lain, itulah yang menjadi harta sebenarnya, maka yang harta tersisa itu yang sementara, dan bukan menjadi harta Anak Adam karena belum tentu akan menjadi milik kita dan belum tentu termanfaatkan oleh kita baik makanan atau harta lainnya.
- Harta yg diberikan akan menjaga kita dan menjadi bekal yang tersimpan untuk menolong kita diakherat kelak, sementara harta yang ada pada kita saat ini dan tidak dibelanjakan dijalan Allah harus kita yang menjaganya.
Ahirnya, semoga Allah SWT menggolongkan kita semua kepada
Hamba-Nya yang patuh dan istiqomah dalam beribadah dan mampu untuk
membelanjakan harta untuk dijalan Allah.
(Editor /Tavip Abu Hirzi)
Setelah kajian ilmu jamaah bersarapan pagi berjamaah dengan Menu Sate Lontong.
Alhamdulillah
BalasHapusSae pisan ulasanna
Alhamdulillah semoga Bermanfaat materinya dan siapapun bisa menikmati kekhusyuan ibadah di al anshor mari kita makmurkan Al-Anshor
BalasHapusAlhamdulillah blog Al Anshor sdh banyak pengunjungnya
BalasHapusSemoga menjadi referensi utk DKM yg lain
Apakah harta yang dimakan dan dipakai diri sendiri keluarga untuk memelihara ni'mat sehat dan afiyat, ni'mat kecerdasan dll, dan agar dapat beribadah dan agar tidak mengharap pemberian belas kasi makhluk itu tidak berpahala? Yng berpahala hanyayg diberikan kepada orang lain?
BalasHapus