Senin, 08 Februari 2016

Komitmen / Janji Kaum Muslimin



Pengajian Shubuh DKM Al-Anshor / 30 Januari 2016
Pemateri : Ustadz Arif Ramdani, Lc
Penulis   :  M. Husni Tsaqib
Editor     : Tavip Abu Hirzi

Dalam melaksanakan syariat Islam, khususnya yang berhubungan dengan pemerintahan, ternyata masih banyak permasalahan/persoalan. Sebagai contoh,  beberapa persoalan tersebut  antara lain konsep dikumpulkannya zakat oleh satu lembaga, terdapat berbeda pandangan dengan para ulama. Yang lainnya, tentang berkembangnya atau munculnya aliran-aliran sesat. Seperti  GAFATAR

Komitmen Muslim

Persoalan akidah bagi seorang muslim  bukan masalah sederhana, tetapi merupakan fondasi dan prinsip di dalam beragama (Agama Islam). Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: Barangsiapa perkataan terkahir yang diucapkan seseorang ketika di akhir hayatnya mengucapkan Laa Ilaaha Illallah (talkin), maka masuklah ia kedalam surga


Kalimat Talkin ini merupakan hal yang prinsip di dalam Islam. Kalimat Talkin ini merupakan komitmen atau janji bahwa kita tidak akan mentaati dan menyembah sesuatu selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala.  Akan tetapi kenyataannya, dalam keseharian kita masih banyak yang tidak sesuai dengan janji ini

Mengapa Menyimpang?

Penyimpangan akidah adalah setiap perkara yang muncul dari seorang muslim yang disebabkan karena ketidakseimbangan akidah, kesalahan dalam memahami Dzat Allah, para nabi, dan hal-hal yang bersifat ghaib, yang pada dasarnya hanya diketahui oleh Allah saja. Karena kita terbatas kemampuannya dalam mengetahui suatu hal, termasuk yang ghaib, maka kita berpegang pada wahyu Al-Quran dan As-Sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam.

Hal/perkara yang ghoib merupakan perkara yang tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa dirasakan dan diketahui oleh indera yang kita miliki. Contohnya konsep mengenai surga dan neraka. Ini tidak dapat dibuktikan atau dipahami hanya bermodal akal dan logika saja.

Contoh lain tentang perkara ghoib, yakni bahwa kita harus percaya setiap yang kita ucapkan dan lakukan akan selalu dicatat oleh malaikat Rakib dan Atid. Orang yang korupsi dan melakukan suap, faktanya mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan keseimbangan keimanan mereka

Faktor-faktor penyebab penyimpangan

(1).  Al-Hawa (Nafsu)

Nafsu merupakan sesuatu yang lahir dari dalam diri kita. Nafsu pada umumnya cenderung menyuruh kepada kejelekan. Dikatakan dalam Al-Quran: “Apakah engkau tidak memperhatikan seseorang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya”
Jangankan urusan dunia, urusan agama saja ketika dibawa nafsu akan menjadi persoalan. Bentuk penyimpangan dari hawa nafsu antara lain. loyalitas. Persoalannya  bahwa apakah loyalitas kita kepada atasan atas kepada Allah? Siapakah yang akan didahulukan?

Loyalitas seharusnya kepada Allah, kemudian kepada sesama mukmin. Loyalitas  tidak hanya menyangkut persoalan individu saja, tetapi juga persoalan kelompok dan bahkan persoalan Negara. Contoh: pemimpin muslim yang lebih mengutamakan golongan kafir akan menjadi persoalan Negara bagi kita kaum muslim. Tentang persoalan loyalitas  Asbabun nuzul QS Al-Kaafiruun

Hawa nafsu harus kita kendalikan. Hawa nafsu harus diarahkan untuk mengikuti ajakan Allah dan Rasul. QS. Al-An’am: 119 : Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

Bahayanya mengikuti hawa nafsu  jangan mengikuti hawa nafsu orang kafir, dan hati-hatilah  terhadap mereka karena mereka orang kafir akan menimbulkan fitnah terhadapmu. Maka, kemudian, bagaimana iman, ilmu, dan akidah kita supaya lebih kuat daripada hawa nafsu  inilah kunci yang akan mengendalikan hawa nafsu kita.  (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar