Pengajian Shubuh DKM Al-Anshor / 30 Januari 2016
Pemateri : Ustadz Arif Ramdani, Lc
Penulis : M. Husni Tsaqib
Editor : Tavip Abu Hirzi
Dalam melaksanakan syariat Islam, khususnya yang berhubungan
dengan pemerintahan, ternyata masih banyak permasalahan/persoalan. Sebagai contoh, beberapa persoalan tersebut antara lain konsep dikumpulkannya zakat oleh satu lembaga, terdapat berbeda
pandangan dengan para ulama. Yang lainnya, tentang berkembangnya atau munculnya aliran-aliran sesat. Seperti GAFATAR
Komitmen Muslim
Persoalan akidah bagi seorang muslim bukan masalah sederhana,
tetapi merupakan fondasi dan prinsip di dalam beragama (Agama Islam). Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
Barangsiapa perkataan terkahir yang diucapkan seseorang ketika di akhir
hayatnya mengucapkan Laa Ilaaha Illallah (talkin), maka masuklah ia kedalam
surga
Kalimat Talkin ini merupakan hal yang prinsip di dalam Islam. Kalimat Talkin ini merupakan
komitmen atau janji bahwa kita tidak akan mentaati dan menyembah sesuatu selain Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Akan tetapi kenyataannya, dalam keseharian kita masih banyak yang tidak
sesuai dengan janji ini
Mengapa Menyimpang?
Penyimpangan akidah adalah setiap perkara yang muncul dari
seorang muslim yang disebabkan karena ketidakseimbangan akidah, kesalahan dalam
memahami Dzat Allah, para nabi, dan hal-hal yang bersifat ghaib, yang pada
dasarnya hanya diketahui oleh Allah saja. Karena kita terbatas kemampuannya dalam mengetahui suatu
hal, termasuk yang ghaib, maka kita berpegang pada wahyu Al-Quran dan As-Sunnah yang
dicontohkan oleh Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam.
Hal/perkara yang ghoib merupakan perkara yang tidak bisa
dilihat dengan mata, tidak bisa dirasakan dan diketahui oleh indera yang kita
miliki. Contohnya konsep mengenai surga dan neraka. Ini tidak dapat dibuktikan
atau dipahami hanya bermodal akal dan logika saja.
Contoh lain tentang perkara ghoib, yakni bahwa kita harus
percaya setiap yang kita ucapkan dan lakukan akan selalu dicatat oleh malaikat
Rakib dan Atid. Orang yang korupsi dan melakukan suap, faktanya mereka
adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan
keseimbangan keimanan mereka
Faktor-faktor
penyebab penyimpangan
(1). Al-Hawa (Nafsu)
(1). Al-Hawa (Nafsu)
Nafsu merupakan sesuatu yang lahir dari dalam diri kita.
Nafsu pada umumnya cenderung menyuruh kepada kejelekan. Dikatakan dalam
Al-Quran: “Apakah engkau tidak memperhatikan seseorang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya”
Jangankan urusan dunia, urusan agama saja ketika dibawa
nafsu akan menjadi persoalan. Bentuk penyimpangan dari hawa nafsu antara lain. loyalitas. Persoalannya bahwa apakah
loyalitas kita kepada atasan atas kepada Allah? Siapakah yang akan didahulukan?
Loyalitas seharusnya kepada Allah, kemudian kepada sesama
mukmin. Loyalitas
tidak hanya menyangkut persoalan individu saja, tetapi juga persoalan kelompok
dan bahkan persoalan Negara. Contoh: pemimpin muslim yang lebih mengutamakan
golongan kafir akan menjadi persoalan Negara bagi kita kaum muslim. Tentang persoalan loyalitas
Asbabun nuzul QS Al-Kaafiruun
Hawa nafsu harus kita kendalikan. Hawa nafsu harus diarahkan
untuk mengikuti ajakan Allah dan Rasul. QS. Al-An’am: 119 : Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.
Bahayanya mengikuti hawa nafsu jangan mengikuti hawa nafsu
orang kafir, dan hati-hatilah terhadap mereka karena mereka orang kafir akan
menimbulkan fitnah terhadapmu. Maka, kemudian, bagaimana iman, ilmu, dan akidah kita supaya
lebih kuat daripada hawa nafsu
inilah kunci yang akan mengendalikan hawa nafsu kita. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar