Nenek Moyang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم *
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin
Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan.
Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian
menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat.
Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!" demikian
keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu
musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat
yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat sulit didapat.
"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami
dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah.
Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat
perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga
kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih berganti, baik pada musim
panas maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk Mekah berdagang,
sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat
Arab juga mengalami kemunduran luar biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki
masyarakat jahiliah alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga
sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.
Pembagian Urusan
Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:
Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah,
Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,
Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk
fakir miskin, Qiyadah : Mengatur urusan peperangan.
Percaya Takhayul
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan
tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan melihat seekor burung
yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari itu, dia
jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum tahu kesialan
macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada
takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke
kiri, nasib sial akan menimpa mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang
ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya
akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular.
Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.
"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada
temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah pemberian seorang dukun
kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar membuatkan cincin ini.
Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin ini, aku merasa
jauh lebih kuat!".
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan.
Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka
meminta pertolongan kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan
binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala. Bahkan mereka
terkadang sampai hati mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap
keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih
melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.
Awal Mula Penyembahan Berhala
Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang
bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari
daerah Syam. Di Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang
orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah
dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu,
perak, bahkan emas.
Gemar Mabuk dan Berjudi
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir
semua orang adalah peminum kecuali beberapa saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman.
Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika
minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan
alat alat judi kemari!"
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu
dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus
membayar unta-unta tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga
berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat
digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW
mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka
meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-angsur mengharamkan
orang meminum minuman keras.
Barm
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang
Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang
yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang
dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin. Orang yang tidak
suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut
barm
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar