Tebusan 100 Unta
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di
dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di
tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk
dewa-dewa mereka. Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib
melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.
"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala
tetap berkenan kepadaku?"
"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita,
kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang
dukun di Yatsrib.
"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.
"Sepuluh ekor unta."
"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor
unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu,
tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta yang
keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak
panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan
unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar.
Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah unta. Ketika
jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.
"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus
dilakukan sampai 3 kali."
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama
unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh
manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
Keturunan Dua Orang yang Disembelih
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,
"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek
moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
Si Penguasa Yaman
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa
dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di
sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang penguasa bernama
Abrahah Al Asyram.
"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh
bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah kepada para menterinya.
"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama
Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga
mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah
menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah seorang menteri.
"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu
kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan
membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan
orang!"
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru
yang bisa menandingi Ka'bah?"
"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah!
Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela
perak, lantai pualam yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja
itu selesai dalam waktu singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang
diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.
"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang
ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua
mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"
Bendungan Ma'rib
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya
Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah
satu bangunan yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib. Ketika
bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya sehingga para
penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar